NUNUKAN, MENELUSURI CERITA. Nunukan sebagai sebuah wilayah administrasi sebuah kabupaten berdiri sejak tahun 1999, tepatnya sejak UU Nomor 47 Tahun 1999 disahkan. Sebelumnya Nunukan hanyalah sebuah kota kecamatan yang berada dalam Kabupaten Bulungan. Semangat otonomi dan reformasi tahun 1998-lah yang melahirkan kabupaten ini.
Agak susah ditelusuri sejak kapan Nunukan didiami manusia, hanya diperkirakan Nunukan tumbuh bersama dengan kebesaran Kerajaan Bulungan. Dulu, Kerajaan Bulungan adalah kerajaan besar di wilayah timur laut Kalimantan. Wilayahnya membentang dari Berau sampai Kinabalu. Diperkirakan Nunukan adalah pulau transit, jika pembesar Kerajaan Bulungan ingin melakukan inspeksi ke Tawau, Semporna atau Kinabalu.
Pada zaman Belanda, kurang diketahui peranan Nunukan bagi rezim penjajah itu, tapi di Semengkajang, sebuah dusun di selatan pulau, didapati sumur minyak tua yang ditinggalkan dan tidak jadi dieksplorasi. Ini bukti Belanda pernah beroperasi di pulau ini.
Pasca kemerdekaan, Nunukan adalah sumber kayu yang besar bagi Republik. Masa keemasan kayu berlangsung dari tahun 60-an sampai 90-an. Akibatnya, saat ini Nunukan hanyalah pulau gundul yang mengenaskan. Bahkan mempertahankan hutan lindung saja, susahnya setengah mati. Meskipun demikian pada masa Konfrontasi dengan Malaysia, Nunukan adalah tempat yang strategis, karena berada di perbatasan. Keinginan Bung Karno untuk menyatukan seluruh Pulau Kalimantan ke pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia, menjadikan Nunukan menjadi medan utama konflik. Sisanya, saat ini masih berdiri Tugu Peringatan gugurnya para pahlawan dari Unit KKO Angkatan Laut yang terlibat pertempuran di sini. Tugu ini terletak di halaman Puskesmas Nunukan Kota, di sebelah Alun-alun Kota Nunukan.
Dulu, Nunukan juga dikenal sebagai tempat yang tidak ramah dan kurang aman. Para perompak, perampok, preman dan penyelundup menjadikan Nunukan sebagai pangkalan yang strategis. Bahkan polisi sampai harus mendirikan Polsek yang cukup besar untuk menangani Nunukan. Di sekitar Alun-alun, pada tahun 90-an, mudah sekali ditemui orang mabuk dan berkelahi. Pagi harinya botol-botol minuman keras berserakan di jalanan sekitar Alun-alun itu. Ironisnya, Alun-alun letaknya di depan Kantor Polisi.
Sekarang suasana seram seperti itu tinggal cerita. Sejak meningkat statusnya menjadi kabupaten, Nunukan terus membenahi diri. Jika pada tahun 1999 hampir semua bangunan di sekitar pusat kota masih dibuat dari kayu, tahun 2008 ini bangunan kayu sudah terkikis. Di samping karena sulitnya mencari kayu akhir-akhir ini (banyak razia illegal logging, sampai-sampai untuk membuat liang lahat pun, masyarakat ada yang harus mencopot lantai rumahnya!), mudahnya transportasi dan alasan modernisasi, bangunan bata dan beton, bahkan yang menjulang tinggi, menjamur di Kota Nunukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar