Rabu, 19 November 2008

Mengapa Membangun Jalan Saja Susah

MEMBANGUN JALAN YANG TAK PERNAH SELESAI. Ada pemeo di Nunukan, Dinas Pekerjaan Umum Nunukan adalah dinas pembuka jalan, tapi tak pernah bisa mengaspal. Di ujung-ujung wilayah Kabupaten Nunukan saat ini telah terhubung jaringan jalan. Jalan itu dikerjakan oleh DPU dengan semangat anti isolasi wilayah. Hanya sayangnya, setelah jalan dibuka dan dilapis agregat, tak diaspal-aspal sampai bertahun-tahun kemudian. Akibatnya jalanan itu menjadi rusak lagi karena gerusan air atau hancur oleh kendaraan bermuatan berat. Hebatnya, beberapa tahun kemudian jalan itu diagregat kembali dan tanpa diaspal. Di Pulau Sebatik, untuk menghubungkan wilayah barat dan timur pulau, dibangun jalan tembus dekat perbatasan Indonesia – Malaysia melewati Gunung Menangis. Pembangunan awal dimulai tahun 2004. Warga Sebatik sangat senang atas perhatian pemerintah itu. Hebatnya, sampai sekarang jalan itu belum selesai. Jembatannya pun sebagian masih menggunakan kayu gelondongan. Kegembiraan warga Sebatik pun lama kelamaan menjadi kesedihan, apalagi jika lewat di Gunung Menangis. Juga, pada tahun 2003 di Pulau Nunukan dibangun jalan tembus dari Nunukan Kota ke Sedadap. Tujuannya memudahkan akses warga dari kota ke Sedadap, tempat Kantor Bupati Nunukan dan kota baru berada, tetapi sampai saat ini jalan tersebut juga belum selesai. Sekarang, jalan itu bahkan dipotong ketinggiannya dengan alasan kenyamanan pengguna jalan, padahal jalan tersebut sudah diagregat. Kenapa bukan dulu waktu pertama kali dibangun? Bukankah ini merupakan kesalahan perencanaan yang memboroskan anggaran? Belum lagi jalan menuju Rumah Sakit Umum Nunukan di Sungai Fatimah sepanjang 7 km, akses jalan ini bukan main buruknya, terutama di km 3 - 5. Orang waras yang lewat jalan itu bisa jatuh sakit, apalagi orang sakit, bisa-bisa jatuh pingsan. Ah, DPU Bina Marga!

Tidak ada komentar: